Aceh Dalam "Lhee Sagoe"
Memang takdir Aceh berada di pucuk Sumatera, dan bila dipandang dr
langit, tanah ini seperti segitiga (lhee sagoe). Bentuk geografis Aceh
menjadi unik, sekaligus menginspirasi generasi Aceh. Dan sejarah Aceh
pernah mencapai puncak kejayaan ketika kerajaan Aceh Darussalam
didirikan tepat diatas pucuk segi tiga itu.
Aceh mempunyai struktur demografis yg beragam dgn sumber daya alam
yg kaya. Penduduk NAD yg berjumlah sekitar 4,6 juta jiwa, tersebar di
kawasan pantai dan pedalaman Aceh. Sebagian besar penduduk bermukim di
sepanjang pantai Lautan India dr Singkil ke Banda Aceh dan sepanjang
pantai Selat Malaka dr Banda Aceh ke Kuala Simpang. Mata penghidupan
mereka terutama dr pertanian dan perdagangan.
Dalam kawasan segitiga itu terhampar kekayaan alam melimpah ruah
mulai dr minyak dan gas bumi sampai kekayaan hutan dgn ekosistem yg utuh
dan keanekaragaman hayati yg sgt kaya. Secara alami, kawasan hutan Aceh
ini dikenal dgn kawasan Taman Nasional Gunung Leuser yg menjadi jantung
sekaligus penjaga kehidupan Aceh.
Konsep pembangunan Lhee Sagoe menghendaki Aceh utk membangun sentra
ekonomi yg berorientasi ke utara, ke Banda Aceh sbg ibukota daerah dan
Sabang sbg pelabuhan samudra daerah Aceh. Karena itulah, di thn 1970-an,
pemimpin Aceh menggagas utk membangun pelabuhan Krueng Geukuh di pantai
Utara Aceh yg didukung dgn membangun jaringan jalan penyangganya.
Infrastruktur jalan yg baik di kedua sisi, baik di Lintas Barat
Selatan maupun Lintas Utara Timur Aceh dibangun utk menghubungkan
kawasan pantai Lautan India dgn dinamika pembangunan Selat Malaka.
Disepakati jg utk menjadikan jalur segitiga Meulaboh - Banda Aceh -
Lhokseumawe (MBL) sbg sarana kawasan pertumbuhan Aceh.
Konsep pertumbuhan Lhee Sagoe hendaklah tdk dipahami sbg teori
pertumbuhan ekonomi trickle down effect dimana arus pembangunan ekonomi
berjalan dr atas ke bawah, namun jg berlaku sebaliknya. Dgn kata lain,
kekuatan ekonomi Aceh tdk terletak di atas pucuknya tetapi di dua segi
lainnya. Dan ini hanya akan terwujud jika infrastruktur Banda Aceh
mendukung pertumbuhan ekonomi kawasan penyangga. Jika tidak, aliran
produksi alam Aceh akan tetap mengalir ke Medan.
Ketika kawasan penyangga tdk memandang ke Banda Aceh sbg kiblat
aliran ekonomi, pertumbuhan ekonomi di tiga-segi Aceh tdk berlangsung
dgn sinergi dan pembangunan internal Aceh menjadi sgt lamban.
Sebaliknya, Medan akan menjadi pusat aktivitas ekonomi daerah Sumatra
Utara dan Aceh, akan terus maju dan padat. Ketimpangan Banda Aceh dan
Medan akan semakin kentara. Ketika ini terjadi, kita berharap Ali
Mughayatsyah utk lahir kembali.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar